Partai Keadilan Sejahtera
Kota Malang

Fathul Munif, Berangkat Dinasehati Abah, Pulang Jadi Juara

Kondisinya sedang tidak baik saat datang ke kantor DPW PKS Jawa Timur. Berangkat jam 3 pagi dari Madiun, sedangkan sebelumnya posisinya sedang di Kediri. Iya, Fathul Munif, juara lomba baca kitab kuning PKS Jawa Timur, hampir “nggeblak”, pingsan. Munif, bercerita kalau saat babak penyisihan kondisinya badannya tidak sehat. “AC nya dingin

munif kitab kuningKondisinya sedang tidak baik saat datang ke kantor DPW PKS Jawa Timur. Berangkat jam 3 pagi dari Madiun, sedangkan sebelumnya posisinya sedang di Kediri. Iya, Fathul Munif, juara lomba baca kitab kuning PKS Jawa Timur, hampir “nggeblak”, pingsan. Munif, bercerita kalau saat babak penyisihan kondisinya badannya tidak sehat. “AC nya dingin mas. Saya ndak tahan,” ujarnya. Namun karena terus beraktifitas, badannya lambat laun menjadi hangat.

Santri 24 tahun ini lahir di pondok pesantren Darul Ulum, Poncol, Magetan. Putra pertama dari KH Ahmad Fatoni dan Hj Siti Nur Cahyati, yang juga pengasuh pondok pesantren Darul Ulum. Munif yang tidak menyangka akan menang ini, bercerita bahwa sebelum berangkat sempat mengungkapkan canda kepada Ayahnya kalau hadiahnya (lomba baca kitab kuning PKS.red) cukup besar. Lalu sang ayah berpesan agar tidak berpikir hadiah, kalau kalah malah kecewa. “Inggih, nderekaken dawuh kulo,” Munif bercerita sembari tertawa.

Tidak hanya di Darul Ulum, Munif bertutur kalau pondok pesantren Al Falah, Ploso, Kediri, juga banyak mewarnai proses keilmuannya. “Di Ploso saya belajar kitab bersama teman-teman. Abah juga kebetulan belajar disana juga.” Seloroh kakak 2 adik ini.

Di Pondok Al Falah, Munif mengaku kalau tidak terlalu pandai. Dia biasa mendiskusikan kitab-kitab dengan teman-temannya. “Kita selalu membicarakan suatu hal bersama-sama. Saling mengutarakan hujjah dan akhirnya akan terus belajar.” ceritanya. Metode yang dipakai di Al Falah, ujar Munif, menuntut santri untuk tidak hanya menerima ilmunya dari guru semata. Santri harus bisa mencari dan mendiskusikan suatu masalah. Sehingga saat masuk kelas, bisa dibahas bersama-sama dengan mustahiq. “Kalau begitu, dampaknya akan semakin kuat di hati.” Terangnya.

Yang menarik, Munif tidak terlalu banyak persiapan menghadapi lomba ini. Karena kesehariaannya di organisasi, Munif hanya membaca dan mengulang-ngulang saja. Bahkan kitab yang dibawa adalah pinjaman dari temannya. “Tapi kalau begini ceritanya, bisa sepuluh hari (belajar kitab kuningnya. red).” selorohnya sambil tertawa.

(disadur dari www.jatim.pks.id)

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Media Sosial

Paling Populer

Dapatkan Info Terbaru

Mari Berlangganan Berita Mingguan Kami

Tidak ada spam, notifikasi hanya tentang berita terbaru, update.

Related Posts

Berita PKS Kota Malang

FIX, PKS Raih 7 Kursi

Malang (04/03), Rapat pleno KPU Kota Malang yang diadakan pada hari Ahad (03/03) sejak pagi berlangsung hingga Senin dini hari baru selesai. Proses pembacaan hasil

Baca selengkapnya...